Saya sendiri mengingat PPKN itu kependekan dari Pendidikan Pelajaran Kewarganegaraan *bener gak ? --" Apapun kepanjangan dari PPKN , saya yakin teman-teman semua tau apa yang saya maksud . PPKN mengingatkan saya pada pelajaran paling bab populer masa itu yakni saling menghargai, tenggang rasa, dan tolong menolong . Serta contoh yang sangat populer dan melekat di pikiran saya yakni "memberi tempat duduk kepada perempuan atau orang yang lebih membutuhan" dan "membantu nenek menyeberang jalan''
Saya bukannya akan membahas pelajaran PPKN lebih mendalam , karena toh saya juga bukan guru dan orang yang berhak mengajarkan itu semua . Saya cuma teringat pada kegalauan massa akan kasus kembalinya nazarudin ke Indonesia perjalanan saya dengan angkutan umum.
Siang itu, saya yang memanfaatkan salah satu fasilitas kampus *cieh* yaitu bus kampus, merasa miris dengan keadaan sekitar. Hampir setengah dari bus diisi oleh laki-laki dan hampir semua dalam keadaan duduk. Saya sendiri dalam keadaan berdiri. Bukan , bukan berarti saya menuntut untuk dipersilahkan dan diberi tempat duduk. Toh saya mampu kok berdiri. Hanya saja, saat itu juga ada ibu-ibu, saya tidak tau beliau siapa, juga dalam keadaan berdiri. Menurut saya apapun kondisinya, laki-laki diberi kekuatan fisik yang lebih daripada perempuan. Terlepas dari itu, saya sendiri hanya berharap menyaksikan kejadian itu secara langsung, bukan hanya di salah satu contoh pada bab pelajaran PPKN. Melihat kondisi itu saya hanya prihatin dan teringat dengan apa yang guru SD saya sampaikan, saya hanya teringat pada susunan huruf yang saya dan kebanyakan murid lain tulis pada kertas ulangan . Apa materi dan contoh itu hanya berakhir di kertas ulangan ?
Selain itu, ada contoh yang tidak kalah tenar yakni "membantu nenek menyeberang jalan". Jujur, saya sendiri tidak spontan membantu saat melihat nenek-nenek menyeberang jalan. Meski ada niat, tapi tetap saja terhalang dengan "tapi kaaan ...." atau "eh ntar ..." dan sebagainya. Saya mengaku salah. Saya tidak akan menyalahkan atau menuntut siapapun. Saya hanya mengevaluasi diri. Jujur, saya belum pernah melihat ada orang yang mempraktikkan contoh sederhana ini. Miris.
Satu lagi contoh sederhana adalah saling menghormati. Hormat pada orang yang lebih tua. Berbicara sopan . Dan juga saling menghargai. Percaya tidak percaya, tapi kata-kata seperti : permisi, maaf, dan terima kasih adalah kata-kata pembawa perdamaian. Apalagi jika diucapkan dengan tulus dan tentunya dengan senyuman. Siapapun orangnya, setiap orang memiliki nilai untuk dihargai, tidak pedulia apapun status dan pekerjaannya.
Contoh-contoh yang sangat sederhana memang, tetapi sudahkah kita laksanakan ?
Saya tidak mengatakan bahwa saya sudah melakukan semua contoh diatas. Saya hanya membuat tulisan ini karena tiba-tiba saya teringat dan ingin mengevaluasi diri.
Miris memang dari contoh sangat sederhana itu saja belum bisa kita laksanakan. Saya pikir pelajaran yang dulu sangat saya sepelekan ini, sekarang menjadi pelajaran yang sangat berarti. Untuk apa seseorang hafal kitab UUD tetapi tidak mau menolong dengan ikhlas ?
Untuk apa seseorang yang mengerti sistem hukum tetapi tidak memiliki tenggang rasa ?
Untuk apa seseorang memiliki IQ yang tinggi tetapi menghargai orang lain saja tidak bisa ?
Untuk apa sesorang duduk sebagai kaum elit bangsa tetapi bermusyawarah saja seperti anggota gengster ?
Untuk apa seseorang bersekolah bertahun-tahun di luar negeri tetapi uang rakyat miskin pun dirampas ?
Baiklah, daripada saya semakin berapi dan akhirnya memutuskan untuk ikut demo lebih baik postingan ini segera saya akhiri.
Semoga postingan ini bisa bermanfaat dan bagaimanapun keadaanmu yang terpenting adalah bagaimana kamu memperlakukan orang lain. Tidak peduli statusmu, yang terpenting adalah akhlak mu, perilakumu. Tidak akan ada gunanya nilai tinggi jika perilaku sarat etika.
Semoga kita bersama bisa mewujudkan apa yang saya pesankan diatas. sekian . trims.
krisis moral . itu kuncinya .
ReplyDeletesayang sekali , sangat memprihatinkan
ReplyDeleteoooooooooooooo
ReplyDelete